Bentuk sel bakteri selalu tetap karena memiliki dinding selyang kaku. Dinding sel memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan fisik dan mencegah sel tidak pecah dalam keadaan lingkungan hipotonis. Bakteri dapat bertahan dalam keadaan hipotonis, namun lemah dengan keadaan hipertonis. Itulah sebabnya mengapa makanan yang asin akan lebih awet disimpan tanpa busuk oleh aktivitas bakteri.
Dinding sel bakteri sebagian besar tersusun atas peptidoglikan, berbeda dengan dinding sel tumbuhan yang tersusun atas selulosa. Peptidoglikan merupakan modifikasi gula yang terikat saling silang dengan molekul polipeptida pendek (rangkaian asam amino pendek) tertentu. Perbedaan dalam struktur dinding selnya, membuat bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Dinamakan “gram positif” dan “gram negatif” berdasarkan kemampuan dinding sel bakteri tersebut dalam menyerap zat warna dalam pewarnaan gram. Metode pewarnaan ini ditemukan oleh Hans Cristian Gram, seorang dokter Denmark pada tahun 1800-an.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, dengan peptidoglikan yang relatif lebih banyak. Sedangkan bakteri gram negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dengan struktur dinding yang kompleks. Bakteri gram negatif juga memiliki membran yang mengandung lipopolisakarida (karbohidrat yag terikat pada lemak) di bagian luar dinding selnya.
Dinding sel bakteri |
Pewarnaan gram menggunakan zat warna ungu dan iodium, dibilas dengan alcohol, dan kemudian diwarnai lagi dengan zat warna merah. Peptidoglikan dapat menyerap zat warna ungu dengan baik, sehingga bakteri gram positif akan berwarna ungu. Sedangkan zat warna ungu dalam bakteri gram negatif akan terbilas oleh alcohol, sehingga yang terserap adalah warna merah. Oleh karena itu dengan pewarnaan gram, bakteri gram positif akan berwarna ungu sedangkan gram negatif akan berwarna merah.
Bakteri gram negatif biasanya lebih berbahaya dibandingkan bakteri gram positif. Hal ini dipengaruhi oleh membran lipopolisakarida yang bersifat toksik terhadap organisme yang menjadi tempat hidup bakteri tersebut. Serangan bakteri dapat ditangani dengan menggunakan antibiotik seperti penisilin dan streptomisin. Antibiotik penisilin bekerja dengan mencegah pembentukan peptidoglikan baru sehingga menghambat reproduksi bakteri.
Banyak jenis bakteri juga membentuk struktur lengket di luar membran luarnya (membran lipopolisakarida) yang disebut dengan kapsul. Struktur lengket ini memudahkan bakteri menempel pada pemukaan benda dan juga memberikan perlindungan tambahan. Selain itu, beberapa jenis juga memiliki pili (bulu-bulu halus) yang juga digunakan untuk menempel pada benda.
Struktur sel bakteri |
Membran sel bakteri memiliki struktur yang mirip dengan membran sel eukariota. Bakteri tidak memiliki membran inti, hal ini menjadikan DNA bakteri tidak terbungkus. DNA bakteri dimampatkan membentuk kromosom dalam tempat tertentu dalam sel namun “telanjang” karena tidak dibungkus membran. Selain DNA inti yang tidak terbungkus tadi, bakteri juga memiliki DNA sirkuler (berbentuk lingkaran) yang disebut plasmid. DNA sirkuler ini banyak dimanfaatkan dalam bidang bioteknologi modern.
Salah satu organel yang dmiliki bakteri adalah ribosom, yang berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom juga dimiliki oleh orgenisme eukariota, organel ini merupakan gabungan protein dan RNA dan bukan merupakan orgenel bermembran.
Banyak bakteri yang bergerak menggunakan flagella (cambuk) yang mirip dengan ekor. Beberapa bakteri hanya memiliki satu flagella, namun yang lainnya memiliki dua atau bahkan banyak flagella.
Jumlah dan letak flagella yang berbeda-beda menjadikan bakteri dapat dibedakan menjadi:
- Atrik, bakteri yang tidak memiliki flagella.
- Monotrik, memiliki satu flagella di salah satu ujung bakteri.
- Amfitrik, memiliki satu atau banyak flagella di kedua ujung bakteri.
- Lofotrik, memiliki banyak flagella pada salah satu ujung bakteri.
- Peritrik, memiliki banyak flagella di seluruh tubuh bakteri.
0 Response to "Struktur Sel Bakteri"
Post a Comment